Islam Dan Radikalisme

 

REVISI MAKALAH

ISLAM DAN RADIKALISME

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : MSI (Metodologi Studi Islam)

Dosen Pengampu

Lina Kushidayati, M. SI

Disusun Oleh

Endang Suntari                     : 1420310150

Jullianto                                 : 1420310152

Arzaq Wahlul Chasby          : 1420310162

  1. Riyan Hidayat : 1420310171

Winda Nawangsari               : 1420310180

Hadi Mustofa                         : 1420310182

Kholid Karim                        : 211134

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS

JURUSAN SYARI’AH DAN MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

TAHUN 2014/2015

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Sebuah pertanyaan besar yang memerlukan jawaban panjang . Bagaimana masa depan gerakan islam dan radikal di Indonesia pada periode selanjutnya ? yaitu dengan menguraikan dan membedah karakter, misi, dan visi pergumulan mereka , terutama ketika harus berhadapan tembok kekuasaan yang kurang dialogis atas berbagai tuntutan mereka . Pendekatanya adalah analitis yang kritis dan objektif, tidak mengurangi geraknya yang popular dan readable .

Gerakan islam radikal di Indonesia telah menebarkan aroma baru, yang kembali menegaskan hubungan agama dan Negara. kecendrungan ini diakibatkan oleh dua spectrum ( internal dan eksternal ). Argumen berkembangnya islam radikal di Indonesia dengan karakternya, berbeda dari gerakan islam lainya seperti islam moderat, islam liberal dan bahkan islam abanagan. bagaimanakah masa depan gerakan islam radikal pada periode periode selanjutnya..? Hal ini sangat ditentukan oleh bagaimana sustainability (keberlangsungan) menjaga gerakan dan wacana di pentas nasional. Dengan demikian, islam radikal adalah sebuah gerakan yang lahir dari rahim sejarah yang panjang dan tumbuh menjadi gerakan yang selalu ada disetiap ranah sejarah.

  1. Rumusan Masalah
  • Pengertian Radikalisme ?
  • Bagaimana pemikiran politik islam radikal di Indonesia ?
  • Bagaimana gerakan islam radikal ditengah perubahan politik ?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Radikalisme

Radikalisme menurut kamus besar bahasa Indonesia ikhtiar baru tahun 1995 adalah suatu paham aliran yang menghendaki perubahan secara drastic. (kamus besar bahasa Indonesia ikhtiar baru:1995). Sedangkan menurut kamus ilmiah popular radikalisme adalah inti dari perubahan.(bary,kamus ilmiah popular:1994)

Menurut KH.Tarmizi Taher,terdapat dua makna asosiatif radikalisme,yaitu:

  1. Radikalisme bermakna positif mengandung pengertian tajdid (pembaharuan) dan islah (perbaikan), suatu sepirit perubahan menuju perbaikan.
  2. Radikalisme bermakna negative mengandung pengertian ifrath (keterlaluan) dan ghuluu (melampui batas). jadi radikal di kaitankan dengan keekstriman, golongan sayap kiri, militant serta”anti barat”.[1]
  3. Sejarah Lahirnya Radikalisme

Tidak ada suatu Negara, agama dan umat beragama yang terbebas dari gerakan-gerakan radikalisme.radikalisme muncul adanya diskriminasi, kecemburuan social, hancurnya tatanan social, politik dan ekonomi. Radikalisme agama turut mewarnai citra agama Islam kontemporer.[2]

Berawal dari terbentuknya ikhwalnul muslimin (IM) sebagai embrio radikalisme.banyak informasi media massa melansir organisasi tertua dari organisasi-organisasi radikal di dunia,khususnya di timur tengah seperti mesir, sudan, Lebanon, yordania, Kuwait, Arab Saudi, bahroin dan Qatar. IM terbentuk pada 1928 didirikan oleh Hasan Al-Banna, kemunculan IM merupakan respons terhadap berbagai perkembangan yang terjadi di dunia islam(khususnya timur tengah), berkaitan dengan makin luasnya dominasi imperialis barat IM banyak merekrut kaum terpelajar dan buruh.[3]

Pada akhir tahun 1948 dan awal 1949 IM mulai melancarkan serangan terhadap Inggris dan Yahudi di mesir yang menyebabkan terbunuhnya perdana mentri Mahmud fahmi Al-nuqrasyi dan Al-banna sendiri(ayubi,2001).

Pada 26 agustus 1941 di Lahore, Pakistan Maulana sayyid Abu Al-A’la Maududi memperjuangkan komunitas islam yang terpinggirkan. Partai jama’at islam berhasil mendapatkan popularitas dan mampu menguasai perpolitikan pada masa Zia ul-Haq(1988). Untuk pertama kalinya partai ini memiliki kekuatan yang besar karena dekat dengan lingkaran kekuasaan.namun eksistensi jama’at islam dalam politik kurang berkembang setelah jama’at islam di palestina.[4]

Dunia kembali di kejutkan dengan meletusnya revolusi iran (1979). Revolusi iran menjadi babak baru keberhasilan revivalisme islam dalam merubah tatanan politik dominasi barat, segala bentuk yang berkaitan dengan barat di hancurkan.

Revolusi iran menampilkan partai mullah kepentas politik iran dan tidak pernah dipikirkan oleh pengamat politik. Partai mullah mempunyai hubungan dengan hizbullah di Lebanon karena kesamaan pendiri yaitu para ulama syiah. Para ulama syiah menjalani pendidikan bersama di sekolah-sekolah teologi di irak,khususnya di kota najat (salah satu kota suci bagi umat syiah). Pada akhir 1950-an dan1960-an, mereka sangat aktif merumuskan suatu respon islam terhadap (ideologi) nasionalisme dan sekularisme.

Keberhasilan revolusi iran menginspirasi gerakan-gerakan radikal di beberapa Negara lain seperti palestina,turki dan aljazair.hampir semua gerakan-gerakan radikalisme selalu berhadapan dengan dunia barat.[5]

  1. Pemikiran Politik Islam Radikal di Indonesia
  2. Perkembngan Islam Radikal

Di indonesia dalam perkembangan Islam sangat kaya dengan polarisasi. Sejak zaman prakemerdekaan, islam telah mampu menunjukan wajahnya yang beraneka ragam, yang direpresentasikan oleh ormas-ormas islam. Ada islam tradisionalis , Islam modernis , Islam abangan , Islam puritan , Islam skripturalis , Islam subtantif , Islam literal , Islam eskteren , Islam militan , dan sebagainya. Kentalnya polarisasi ini telah menunjukkan semakin berkembangnya gerakan Islam di Indonesia sendiri.[6]

Semenjak kejatuhan orde baru , islam radikal menemukan moment untuk melakukan akselerasi politik secara cultural ( ormas islam ) dan structural ( partai islam ) . Jika masyarakat lebih tertuju pada maraknya partai – partai islam maka ini adalah sesuatu yang pasti terjadi . Namun , dengan fenomena kelanjutannya gerakan islam di representasikan sebagai islam radikal di Indonesia . Atribut, slogan, dan nama-nama itu begitu ramai Nampak sebagai bagian dari teriakan kekuatan dan pentas perjuangan .[7]

Kemunculan berbagai gerakan islam bila ditilik secara historis akan nampak sebagai reaksi dari ketidakadialan social politik . Perlawanan gerakan islam radikal terhadap berbagai fenomena yang terjadi karna sikap pemerintah yang tidak mau merespons secara positif ketertindasan kaum muslimin . Gerakan-gerakan yang dilakukan selalu di persepsikan sebagai perilaku anarkisme .[8]

Secara historis, kemunculan kelompok radikal di kalangan umat Islam Indonesia bukanlah hal yang baru. Karena pada awal abad ke-20, dalam peningkatan semangat dan ekonomi kian parah di kalangan pribumi, radikalisme muslim diambil alih oleh kelompok Serikat Islam (SI) local.[9]

Kendati demikian, gerakan radikalisme di Indonesia tidak seperti yang terjadi di Timur tengah yang sangat menekankan agenda-agenda politk. Gerakan radikal Islam di Indonesia baru sebatas pada tuntutan dipenuhinya aspirasi Islam, seperti pemberlakuan syariat Islam atau piagam Jakarta.[10] Kemunculan gerakan islam radikal di Indonesia disebabkan oleh dua factor; Pertama, factor internal dari dalam umat islam sendiri yang telah terjadi penyimpangan norma-norma agama. Kedua, factor eksternal di luar umat Islam, baik yang dilakukan penguasa maupun hegemoni barat, seperti kasus gerakan Warsidi, Salaman hafidz dan Imron atau yang dikenal sebagai komando Jihad telah membangkitkan radikalisme di Indonesia. Disamping dua factor tersebut, Islam radikal yang lahir di Indonesia juga di sebabkan oleh momentum pergantian kekuasaan yang tidak menentu situasinya.[11]

Jihad sebenarnya menjadi simbol perlawanan yang efektif untuk menggerakkan perang melawan Barat. Kondisi inilah yang menyebabkan permusuhan yang terus menerus antara Islam dan Barat. Fenomena yang terjadi di Indonesia ketika umat islam bereaksi terhadap serangan Amerika Serikat pada Afghanistan. Di masa inilah, islam menemukan moment untuk menyuarakan aspirasi Islam (Solidaritas Islam). Karena itulah, kelompk Islam radikal seperti KISDI, Lakar Jihad, FPI, Ikhwanul Muslimin, dan Mujahidin bergerak menentang penyerangan AS. Bahkan, komando jihad juga dikirim ke Afghanistan sebagai bagian dari tugas suci.[12]

  1. Pemikiran Politik Islam Radikal

Hubungan antara agama (Islam) dan Negara (Politik) di masa modern merupakan salah satu subjek penting, yang diperdebatkan para pemikir Islam sejak hampir seabad lalu hingga sekarang ini yang belum terpecahkan secara tuntas.[13] Itu sebabnya, dalam politik Islam paling tidak ada tiga paradigma tentang hubungan agama dengan Negara.

Pertama, adalah paradigma tentang konsep bersatunya agama dan Negara. Agama dan Negara tidak dapat dipisahkan, karena wilayah agama juga meliputi politik atau Negara. Menurut paradigma ini Negara merupakan lembaga politik dan sekaligus keagamaan. Pemerintah Negara diselenggarakan atas dasar kedaulatan ilahi, karena memang kedaulatan itu berasal dan berada di “tangan” Tuhan.[14]

Kedua, adalah paradigma yang berpendapat bahwa Negara bukan merupakan suatu kewajiban agama. Dalam pengertianya agama sama sekali tidak menyebut kewajiban mendirikan Negara, namun tidak pula mewajibkan untuk mengabaikannya, melainkan menyerahkan persoalan ini kepada kaum muslimin.[15]

Ketiga, adalah paradigma yang memandang agama dan Negara berhubungan secara simbiotik, yaitu berhubungan timbale balik atau saling memerlukan. Dalam hal ini, agama memerlukan Negara karena dengan Negara agama berkembang. Sebaliknya, Negara memerlukan agama, Negara dapat berkembang dalam bimbingan etika dan moral.[16]

Tiga paradigma ini menunjukkan betapa tidak jelasnya hubungan agama dan Negara dalam sejarah pemikiran islam. Ini karena, Al-Qur’an pada prinsipnya adalah petunjuk etik bagi manusia; ia bukanlah sebuah kitab ilmu politik. Walaupun begitu, paradigma penyatuan antara agama dan Negara diambil oleh kelompok Islam radikal. Karena bagi mereka, islam sebagai agama yang memiliki seluruh perangkat kenegaraan (politik) yang tegas dan jelas.

Di Indonesia, kelompok Islam radikal menyakini hubungan yang kuat antara Islam dan Negara, dengan argument bahwa Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali politik (Negara).[17]   Namun hubungan agama dan Negara tidak pernah terlontar di zaman Nabi, pada zaman Nabi Muhammad Saw seluruh upaya dicurahkan untuk menyebarkan agama dan membela agama. Kendali perintah seluruhnya di tangan pembawa risalah berdasarkan wahyu yang turun, ijtihad sendiri atau ijtihad para sahabat. Tak ada seorang pun di antara mereka yang memandang perintah tersebut sebagai suatu institusi kerajaan atau pun sebagai Negara.[18] Walaupun begitu, bukan berarti politik atau Negara terlepas sama sekali dari agama. Agama tetap menjadi penjaga moral dan etika dalam bernegara, sehingga Negara tidak kehilangan arah dalam pratek kekuasaannya.[19]

  1. Gerakan Islam Radikal di Tengah Perubahan Politik

Di tengah perubahan politik yang begitu dahsyat, Islam radikal menemukan momentumnya untuk menegaskan corak keberagaman di Indonesia. Pola perjuangan mereka ditunjukan secara jelas tanpa ragu atau takut mendapat tekanan dari pihak penguasa. Pola perjuangan gerakan Islam radikal di Indonesia dilakukan dalam dua pola:        a). Kultural (dakwah Islam), adalah pola perjuangan yang dilakukan dalam format gerakan pembinaan akidah, ahlak, pendidikan, social, dan ekonomi tanpa mau terlibat dalam urusan perjuangan politik.[20]                                                                   b).Struktural, adalah pola perjuangan yang mengupayakan agar kekuasaan Negara dipegang oleh pemimpin Muslim yang jelas komitmetnya pada Islam dan siap memberlakukan syariat Islam dalam lingkungan social kenegaraan, sehingga kehidupan kenegaraan dapat dikelola sesuai dengan ajaran yang dituntunkan oleh Allah Swt.[21]

Pada dasarnya, semua ormas Islam beraliran radikal, seperti; Laskar Jihad, FPI, KISDI, dan Majelis Mujahidin yang menyuarakan aspirasi Islam, terutama nasib umat Islam di Tanah Air dan umat Islam di negeri lainnya. Respon yang ditunjukan setiap Ormas berbeda-beda.[22] Misal, respon yang ditunjukan Ormas terhadap pemerintah yang berkuasa jika pemerintah bersikap akomodatif terhadap aspirasi Islam, maka sikap Ormas pun bersikap akomodatif, bahkan bisa jadi pembela secara tegas. Sebaliknya jika pemerintah tidak mengakomodasi aspirasi umat Islam, mereka berbalik menjadi barisan oposisi yang keras. Begitupun respon yang ditujukan pada periode B.J Habibie, KH. Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Ketiga periode ini telah memberi warna pada diri kelompok islam radikal yang berkembang di Indonesia, dan dari sinilah muncul tiga pola gerakan Islam radikal dalam menyikapi pemerintah yang berkuasa:

Pertama, akomodasi pada periode B.J habibie. Sikap akomodatif yang ditunjukan gerakan Islam radikal pada periode ini disebabkan pada sikap Habibie yang mau mengakomodasi Islam. Apalagi Habibie mendapat tantangan dari kelompok pendukung PDI-P yang berhaluan Nasionalis-sekular yang membuat gerakan Islam radikal merapatkan barisan mendukung Habibie dari pada memilih melakukan perlawanan. Fenomena ini dengan jelas terlihat ketika sekelompok Islam mendirikan Front Pembela Islam (FPI) yang di didirikan oleh para habib.[23] Itu sebabnya, kepemimpinan B.J Habibie dinilai kelompok Islan radikal lebih baik dan akomodatif terhadap aspirai Islam. Sehingga gerakan oposisi dari kolompok Islam radikal pada periode ini tidak banyak dilakukan.[24]

Kedua,oposisi pada periode Abdurrahman Wahid. Sikap oposan yang diperlihatkan kelompok Islam radikal disebabkan oleh kebijkan Abdurrahman Wahid yang tidak simpatik dengan Islam. Bahkan setelah Abdurrahman Wahid menjadi ketua umum PBNU dianggap telah membawa pikiran-pikiran yang menyesatkan Islam, sehingga tidak pantas menjadi presiden di Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim. Abdurrahman dianggap telah banyak melakukan banyak kesalahan dan telah mengecewakan umat Muslim. Berbagai kebijakan justru banyak menentang resistensi umat Islam, dari Ihwal jalinan persahabtan dengan Israel sampai tuduhan keterlibatan kelompok Islam dalam berbagai konflik yang bernuansa sara.[25] Beberapa kebijakan Abdurrahman yang bertentangan aspirasi islam:

1). Rencana pembukaan hubungan dagang dengan Israel. Reaksi penolakan terhadap rencana hubungan dagang dengan Israel dating dari KISDI.

KISDI menilai logika dan alasan-alasan yang dikemukakan oleh Menlu RI Alwi Shihab dan presiden Abdurrahman Wahid hanya untuk membenarkan tindakannya yang dipenuhi dengan upaya manipulasi dan bahkan menyesatkan umat.

2). Tuduhan bahwa kelompok Islam akan menjatuhkan kekuasaannya dan keterlibatan Islam dalam konflik Maluku. Atas tuduhan ini Abdurrahman terlihat memojokkan/mendiskriminatif kelompok Islam dan cenderung membela kelompok Kristen.[26]

Ketiga, oposisi setengah hati pada masa. Megawati Soekarnoputri. Oposisi yang dilakukan kelompok islam pada kasus sikap pemerintah Indonesia terhadap serangan AS ke Afghanistan dan atas terpilihnya Megawati sebagai presiden. Mereka berpandangan perempuantidak boleh menjadi presiden, hanya saja realitas ini tidak dapat ditolak. Dengan demikian kelompok islam menyikapi kepimipinan Megawati secara oposan pasif nonfrontal atau oposisi setengah hati. Karena itu, mereka akan menuggu saatnya yang tepat untuk melakukan perlawanan kepada Megawati, terutama ketika kebijakan politik Megawati sudah sangat merugikan umat Islam.[27]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

Berbicar tentang agama dan Negara dimasa modern merupakan suatu objek penting, walaupun telah di perdebatkan para pemikir Islam sejak seabad lalu hingga sekarang ini tetap belum terpecahkan secara tuntas. Pengalaman masyarakat Muslim di dunia, khususnya setelah perang Dunia ke-II mengesankan terdapatkan hubungan yang canggung antara Islam (din) dan Negara (daulah). Berbagai Eksperiman dilakukan untuk menyelaraskan antara din dengan konsep dan kultur politik masyarakat muslim; dan eksperimen-eksperimen itu dalam banyak hal sangat beragam.

Pada dasarnya, semua ormas Islam beraliran radikal, seperti Laskar Jihad, FPI, KISDI, dan Majelis Mujahidin yang menyuarakan aspirasi Islam, terutama nasib umat Islam di Tanah Air dan umat Islam di negeri lainnya. Sehingga tak berlebihan, jika perjuangan umat Islam selalu menjadi agenda utama. Dalam konteks inilah, ada empat isu atau tema yang di perjuangkan kelomopok Islam radikal;

(1). Piagam Jakarta

(2). Pemberantasan tempat-tempat maksiat

(3). Konflik antar agama dan,

(4). Solidaritas dunia Islam.

Meski keempat kelompok Islam radikal memperjuangkan empat isu tersebut, tetapi masing-masing kelompok memilliki kosentrasi perjuangan yang berbeda-beda.

 

Hasil Diskusi

Pertanyaan:

  1. Dampak apa yang terjadi dari perkembangan Islam Radikal diIndonesia, serta upaya menangani hal tersebut ? (Isfayatun Nikmah, NIM: 1420310154)
  2. Secara bahasa Radikal berasal dari kata Radix yang berart “Akar”, dari kata tersebut bagaimana bisa berkembang menjadi gerakan yang anarkis ? (Ali Sofyan, NIM:1420310)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http//www.puarta-kabarindonesia.blogspot.com

http://www.fpi.or.id/artikel.asp?oy=pro-16

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A74_0_3_0_M

http://0173cahbangkerep.blogspot.com/…/radikalisme-islam-di-indonesia.html

http://wahid-hambali.blogspot.com/2013/04/radikalisme-makalah.html

Zada Khamami, Islam radikalisme, Teraju Jaksel, ; 2002, hal.87

Azra Azyumardi, “Muslimin Indonesia: Viabilitas “Garis Keras” , dalam Gatra edisi     khusus 2000, hal. 45

Sa’id Al- Asymawi Muhammad, Al-Islam Al-Siyasi, cet. Ke-3, 1992, hal. 166-167

Abid Al-Jabiri Muhammad, Agama, Negara, dan Penerapan Syariah, (Yogyakarta:Fajar         Pustaka,2001), hal. 20                                                                                                                                                

 

[1] http//www.puarta-kabarindonesia.blogspot.com

[2] http://www.fpi.or.id/artikel.asp?oy=pro-16

[3] http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A74_0_3_0_M

[4] http://0173cahbangkerep.blogspot.com/…/radikalisme-islam-di-indonesia.html

[5] http://wahid-hambali.blogspot.com/2013/04/radikalisme-makalah.html

[6] Khamami zada, Islam radikalisme, Teraju Jaksel, ; 2002, hal.87

[7] Ibid., hal.88

[8] Ibid., hal. 89

[9] Ibid., hal. 90

[10] Azyumardi Azra, “Muslimin Indonesia: Viabilitas “Garis Keras” , dalam Gatra edisi khusus 2000, hal. 45

[11] Khamami zada, Op.Cit., hal. 95

[12] Ibid., hal. 97

[13] Azyumardi Azra, Ibid., hal. 1

[14] Muhammad Sa’id Al- Asymawi, Al-Islam Al-Siyasi, cet. Ke-3, 1992, hal. 166-167

[15] Muhammad Abid Al-Jabiri, Agama, Negara, dan Penerapan Syariah, (Yogyakarta:Fajar         Pustaka,2001), hal. 20

[16] Khamami Zada , Log.Cit., hal. 101

[17] Ibid., hal. 106

[18] Muhammad Abid Al-Jabiri, Ibid,. hal 14

[19] Ibid., hal 112

[20] Khamami zada.,Op. Cit, hal. 159

[21] Ibid.,hal. 157-158

[22] Ibid., hal. 161

[23] Ibid., hal. 167-168

[24]Ibid., hal 170

[25] Ibid., hal 171

[26] Ibid., hal 172

[27] Ibid., hal 175-176

Biografi David Hume

 

Biografi

DAVID HUME

Disusun :

Winda Nawangsari             1420310180

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS

JURUSAN SYARI’AH PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

TAHUN 2014/2015

 

  1. Latar Blakang Kehidupan David Hume

David hume lahir pada tanggal 26 April 1711 di Edinburgh, Skotlandia dengan nama asli David Home. Namun pada tahun 1734, ia mengubah namanya menjadi Hume karena di Inggris kesulitan mengucapkan Home dengan cara Skotlandia. David Hume adalah seorang filsuf yang dilahirkan dari keluarga borjuasi[1] yang terpandang. Hume merupakan putra pasangan Yusuf Chrinside dan Khaterine Falcorner. Ayahnya seorang tuan tanah yang kaya raya. Namun Hume dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak utuh, karena saat usianya masih anak – anak, ayahnya meninggal sehingga dia dibesarkan oleh ibunya seorang. (Poedjawijatna, 1986:105)                                                                                      Dalam kehidupan pendidikannya, Hume mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Hume mendaftar di Universitas Edinberg untuk belajar studi klasik dan secara mandiri memelajari filsafat dan kesusasteraan. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan keinginan ibunya yang sangat ingin Hume belajar Studi hukum. Tetapi Hume tidak puas dengan pendidikannya itu, kemudian dia memutuskan untuk keluar dari universitas dan memilih pergi ke perancis untuk menjadi seorang filsuf besar. Disinilah terlihatlah Hume menyukai filsafat secara perlahan. (masykur arif rahman, 2013:271)                                                                     Pada tahun 1734, setelah beberapa bulan sibuk dengan perdagangan di Bristol, ia pergi ke La fleche di Anjon, Perancis. Disana ia sering wacana dengan jesuit dari College Of La Fleche, saat itu ia telah menghabiskan sebagian besar tabungannya selama empat tahun disana untuk menulis karyanya yang berjudul A Treatise of Human Nature, dan menyelesaikannya pada usia 26 tahun. Dari situ Hume kembali ke tanah kelahiran Skotladia. Kembali ke Skotlandia, Hume mengajar di Edingurgh the university at Edinburgh (Professorship of Moral Philosophy) namun sebentar disini ia mengalami kegagalan dalam adaptasi terutama harus mengampu subyek kuliah yang berhubungan dengan agama.                        Pada 1752, setelah kejadian di Edinburgh Hume kembali menggeluti dunia universitas, dia mengajar logika di Glasgow. Disana juga Hume menyetujui menjadi pendamping penjaga  buku di Perpustakaan di Edinburgh. Beberapa kali Hume juga menjadi pembantu militer di kedutaan Skotlandia di Viena Turin, Italia yang dimulai pada 1740-an. Pada 1763 dia menjadi sekretaris Lord Hartford di Paris. Di Paris Hume menjadi seorang penyuka fashion dan gaya, dan disini pulalah ia meninggal.                                                                                                              Hume tidak pernah menikah dan semenjak sarjana dia memutuskan untuk mengambil jalan peripatetik[2]. Di Skotlandia ia dan keluarganya memutuskan untuk bersenang senang dan menikmati kehidupan intelektual. Hume menghargai nilai persahabatan sebagai sesuatu yang mulia, dan ia menilai percakapan adalah sebuah jalan untuk membangun peradaban. Hume menilai dirinya sebagai seorang laki-laki dengan disposisi yang ringan dan terbuka secara sosial dengan humor-humor segar dengan hasrat hidup yang tinggi.                                                     Sampai hari ini Hume sering dikenal sebagai sejarawan, dan sebagai seorang filsuf. Dia dimasukkan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi.[3]

  1. Pemikiran David Hume

Sebagai seorang emperisist yang sangat konsisten dan termasuk radikal, David Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat. Hukum sebab akibat tidak lain hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti api membuat air mendidih. Padahal dalam api tidak dapat diamati adanya daya aktif yang mendidihkan air. Jadi daya aktif yang disebut kausalitas itu bukanlah hal yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata sebagai berada dalam air yang direbus. Dengan demikian kausalitas tidak dapat digunakan untuk menetap-kan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terdahulu.            Akal menurut Hume tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman. Sebagai contoh ada seorang dari planet lain yang dianugrahi kemampuan akal yang sangat kuat kemudian dibawa ke bumi, tentu saja dia secara langsung dapat mengobservasi peristiwa-peristiwa yang beruntun, namun dia tidak mampu menemukan sesuatu yang lebih dari itu. Untuk pertama kali dia tidak mungkin dapat menangkap ide sebab akibat karena kekuatan-kekuatan partikular yang berjalan secara alami belum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga akal tidak mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan satu peristiwa bahwa suatu sebab menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bisa berubah-ubah dan kasuistik. Menurut-nya, hanya dua peristiwa yang terjadi yang satu setelah yang lain. Bahwa gerak yang satu disebabkan oleh gerak yang lain hanya berdasarkan pendapat manusia yang mengasosiasikan dua peristiwa yang dulu biasanya juga terjadi secara bersamaan.                                                                                        Pernyataan Hume tentang teori kausalitas ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran filsafat dan agama di Barat. Dengan penolakan terhadap teori kausalitas, Hume menghujat teori ontologis[4], kosmologis[5] dan teologis[6] tentang keberadaan Tuhan dan sekaligus membatasi kemampuan akal. Munculnya positivisme yang dipelopori oleh August Comte diwarnai oleh ide David Hume, bahkan materialisme dapat dikatakan sebagai puncak dari emperisme.[7]               Para filosof sebelum Hume percaya bahwa alam adalah akibat dan Tuhan dalah sebab terciptanya alam. Menurut kategori logika, keberadaan sebab lebih wajib dibandingkan dengan keberadaan akibat. Karena itu Tuhan sebagai sebab wajib ada dan mendahului alam, sedangkan alam sebagai akibat mungkin adanya dan setelah Tuhan. Argumen ini tetap dipegang oleh para filosof sampai masa Hume yang kemudian menggugat dalil tersebut dengan menjungkirbalikkan teori kausalitas. Hal ini antara lain yang menyebabkan Bernard Russel menganggap Hume sebagai pendobrak dan meruntuhkan sistem-sistem filsafat abad kedelapan belas yang didominasi oleh rasionalisme. Dan di sinilah kemudian Hume membangun sendi-sendi filsafatnya di atas pondasi skeptisisme[8] dan bahkan dalam masalah yang berkaitan dengan doktrin keagamaan dia sampai pada tingkat agnostik[9].                                                                                                              Menurut Hume, ide tentang neccessery connection antara sebab dan akibat tidak dapat diserivasikan dari impression dan tidak dapat diamati melalui pencerapan pengalaman. Tidak ada daya pada sebab yang nampak mampu menghasilkan atau mempengaruhi akibat. Yang dapat diamati adalah kesinambungan urutan peristiwa dalam waktu, dari suatu peristiwa terdahulu kemudian disusul peristiwa berikutnya, tetapi bukan hubungan wajib antara fakta-fakta presedent itu. Tidak ada sensasi yang dari padanya diperoleh gagasan tentang adanya kekuatan pemasti dapat disimpulkan.                                        Sebenarnya istilah impression dan ideas dipakai oleh Hume untuk menggambarkan dua sisi dan persepsi akal manusia yang berasal dari pengalaman. Kesan merupakan data pengalaman langsung yang masuk akal yang bersifat kuat dan hidup. Sedang ide adalah salinan atau cerminan dari kesan sehingga sifatnya menjadi samar dan kurang hidup. Keduanya dibagi lagi menjadi sederhana dan kompleks. Contohnya ketika kita melihat pohon hijau kita akan memiliki kesan hijau. Lalu kita menutup mata dan membayangkan sesuatau yang hijau bahakan kita dapat memiliki ide tersebut kapan saja kita mau mengkhayalkannya lagi.                   Sebaliknya jika kita tidak pernah melihat sesuatu yang hijau kita tidak mungkin mempunyai suatu ide apapun tentang hijau. Ada ide yang dikatakan kompleks seperti ide yang berasal dari khayalan langsung maupun melalui gambar. Menurut Hume, segala materi pemikiran berasal baik dari perasaan dalam, sedang percampuran atau komposisi dari keduanya adalah masalah akal dan kehendak. Ada beberapa masalah ontologis yang berkaitan dengan ide-ide sederhana. Menurut Hume, kalau simple idea atau ide sederhana bisa mengkhayalkan apa yang belum pernah kita lihat.                                                        Berkaitan dengan masalah ide adalah konsep. Disini pertanyaannya apakah konsep didasarkan pada pengalaman? dalam hal simple idea, suatu konsep tidak mungkin didapatkan tanpa adanya pengalaman sebelumnya. Sedang ada complex idea konsep tidak mungkin digambarkan tanpa pengalaman sebelumnya dari simple idea. Untuk memahami suatu konsep, kesulitannya terletak dalam menggambarkan masing-masing hal yakni bagaimana sebenarnya konsep itu berasal dari pengalaman. Konsep yang didapat indra relatif mudah dimengerti. Namun, lain halnya dengan konsep seperti kebebasan, kejujuran, keadilan dan semacamnya.                                                                                                                  Orang lain bisa mendapatkan kesan dan pengalaman yang berbeda dengan konsep kebebasan. Yang jelas konsep yang abstrak pun didasarkan pada pengalaman atau kesan. Kesan-kesan itu tentunya masih berantakan kemudian diasosiasikan dan disimpulkan dalam suatu konsep. Hanya saja hubungan diantara konsep tersebut dengan sense-experience adalah hubungan tidak langsung. Secara prinsipil bagi Hume konsep itu tidak ada. Yang ada hanya ide-ie yang bukan bersifat universal dan abstrak tetapi menjadi pengumpulan kabur mengenai impresi-impresi singular yang disatukan melalui asosiasi.                             Karena itu ide mengandung bermacam-macam arti. Sedangkan association of ideas itu dapat dilakukan dalam bentuk persamaan, persinggungan atau sebab dan akibat. Walaupun demikian hubungan ini tidak lebih dari sebuah kebiasaan atau adat serta tidak mereflesikan dunia yang nyata.                                                Hume juga membahas hubungan diantara ide dan masalah kenyataan. Hume membagi semua objek yang menjadi kajian manusia menjadi dua kelompok yang diistilahkan dengan hubungan diantara ide dan masalah kenyataan. Yang pertama dilambangkan dengan kebenaran matematis oleh jalannya pikiran saja yang membentuk sistem tertutup dan muncul hanya dari bagaimana ide itu didefinisikan. Ia tidak memberikan suatu informasi tentang apa yang sebenarnya ada dilapangan.

Sebaliknya kenyataan berkenaan dengan apa yang sesungguhnya dilapangan, akan tetapi tidak ada proposisi dari bentuk ini yang dapat digambarkan secara tuntas. Dapat diungkapkan bahwa ide adalah pengetahuan yang jelas dengan sendirinya baik secara akal maupun intuisi. Sedang kenyataan merupakan pengetahuan yang tidak terbukti kebenaran atau kepalsuannya. Pengetahuan tentang kenyataan ini kelihatannya ditemukan berdasarkan tilikan terhadap hukum sebab akibat.

Demonstrasi logika tidak dapat membantu kita dalam menerangkan kenyataan. Ia tidak dapat digunakan dalam memperkirakan apakah matahari tidak akan terbit besok. Dengan menggunakan metode induksi, ilmuwan dapat merumuskan prinsip-prinsip umum tentang peredaran matahari. Mereka bisa meregeneralisasikan dari pengalaman terbatas kepada fenomena umum tetapi kesimpulan ini tidak terjamin kebenarannya.

Menurut Hume, pengetahuan yang kita miliki tentang kenyataan sangat erat hubungannya denga kausalitas. Dalam masalah kausalitas, Hume tidak hanya sekedar menkritik tetapi lebih jauh ia ingin membongkar kepalsuan “penyebaban” sebagaimana dimengerti dalam kebijakan common sense dan sains. Baginya tidak ada dasar sama sekali untuk menyatakan peristiwa pertama bisa menyebabkan peristiwa kedua. Berdasarkan pengamatan kita bisa menyatakan bahwa ada kekuatan. Menurutnya Hume, ada kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan itu tidak ditarik dari pengamatan dan tidak dapat dibuktikan melalui pengamatan. Yang kita amati adalah urutan peristiwa. Kita tidak mengamati suatu kekuatan tersembunyi yang bereaksi diantara kedua peristiwa tersebut.

Selain itu dalam berbagai peristiwa kausalitas ada pengertian keniscayaan. Bagi Hume, pengertian tentang keniscayaan didapatkan dari kebiasaan yang kita kembangkan dalam mengharapkan peristiwa B untuk terjadi peristiwa A terjadi.

Yang pokok dalam kausalitas adalah pengamatan yang berulang-ulang, bukan pada hal yang abstrak seperti kekuatan atau keniscayaan yang tidak bisa dibuktikan sehingga pada akhirnya hubungan kausalitas itu sendiri hanya suatu kepercayaan belaka.Hal ini berlaku juga paa agama.Banyak hal yang tidak dapat dibuktikan sebagaimana kausalitas.Menurutnya tidak ada bukti yang dapat dipakai untuk membuktikan bahwa Allah ada dan bahwa Allah menciptakan dunia.

Dalam setiap praktek agama, setiap pemeluk agama mengikuti kepercayaan yang menjadikan dia dapat menganggap pasti apa yang diperoleh akalnya tidak dapat dibuktikan. Banyak sekali keyakinan keagamaan yang merupakan hasil khayalan dan tidak ada gunanya bagi hidup.Agama bukan disebabkan karena penyelewengan dari wahtu asli yaitu monoteisme bukan pula penyelewengan dari monoteisme ke politeisme.Agama juga bukan disebabkan karena orang memandang kepada alam semesta serta menyelidiki sebab-sebabnya.Akan tetapi, agama berasal dari pengharapan dan ketakutan manusia terhadap tujuan hidupnya.

Selanjutnya masalah yang sangat erat kaitannya dengan kepercayaan kausalitas adalah masalah induksi. Dalam kausalitas kita sering mengandaikan kalau ada peristiwaA maka akan terjadi peristiwa B. dengan prinsip induksi dapat diprediksi peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Masa depan akan seperti masa lalu. Ilmuwan bisa saja menggeneralisasikan dari pengalaman fenomenal yang bersifat particular terbatas kepada fenomenal universal yang berlaku dalam tiga dimensi waktu. Tetapi proses ini hanya sekadar pengandaian dan belum tentu terbukti secara empiris. Sedang pengalaman itu sendiri pun tidak mungkin dijadikan bukti pembenaran generalisasi atau penyerupaan masa lampau dengan masa yang akan dating karena sifatnya yang partikular.

Bagi Hume, tidak ada rasionalitas bagi ilmu pengetahuan untuk menetapkan dari yang terbatas kepada kesimpulan yang umum tentang perilaku fenomena alam. Induksi adalah masalah alami, bukan masalah rasionalitas. Induksi yang didekonstruksi oleh Hume lebih pada induksi tidak lengkap yang dipakai oleh para ilmuwan dalam menyusun teori baru. metode penyimpulan Induksi ini juga memiliki masalah. Masalah ini disebut sebagai masalah Induksi. Masalah induksi salah satunya diajukan oleh David Hume. David Hume adalah seorang filsuf Empiris dia menemukan dua problema Induksi :

Melalui Induksi kita tak pernah yakin sebab suatu hal itu benar-benar suatu hal tersebut. Ini disebabkan karena sumber pengetahuan kita berasal dari suatu X didahului Y. Kita lalu menyimpulkan bahwa X itu disebabkan oleh Y. Padahal kita tidak pernah bisa tahu apakah X itu disebabkan oleh Y, kita menyimpulkan demikian hanya karena melihat yang satu menyebabkan yang lain. Kita tidak bisa tahu apakah demikian.

Menurut David Hume kita mendapat pengetahuan dari induksi dengan kata lain berasal dari pengalaman. Kita percaya setelah kita mengamati suatu kebiasaan. Dengan melihat X selalu didahului Y kita menyimpulkan X disebabkan Y atau Y akan setelahnya disertai X. Sayangnya kenapa kita selalu menyimpulkan demikian tidak bisa ditelaah dari sebuah pengalaman induksi. Induksi sendiri tidak berasal dari sebuah Induksi.

Generalisasi tidak dapat diragukan dan tidak bida diperdebatkan. Tetapi, arti penalaran disini sangatlah lemah sebab kita tidak mengetahuinya. Kita tidak memperkembangkan pengetahuan tetapi hanya menyimpulkan. Karena itu induksi kompleknya tidak mempunyai pengecualian tidak menarik hanya berupa pengulangan atas realitas yang sama.

Tokoh yang Mempengaruhi Pemikiran David Hume

David Hume merupakan salah seorang filsuf barat yang terkemuka karena ia mengembangkan filsafat empiris Locke dan Barkeley menjadi konklusi logis dan menjadi luar biasa lantaran ia sangat konsisten. (Bertrand Russell, 2007:863)

Berbicara tentang empiris ,Hume lebih konsekuen terhadap Barkeley. Kita telah melihat bahwa Barkeley masih menerima adanya aku sebagai substansi rohani. Menurut Hume, pengalaman semata-mata tidak mengijinkan menerima adanya aku sebagai substansi. Yang disebut aku tidak lain adalah a bundle or collection of perceptions. Kita mempunyai kecenderungan untuk menyangka bahwa dibawah keadaan sadar terdapat suatu “substratum” atau alas tetap, namun itu hanya suatu kepercayaan saja. Pengalaman tidak mengijinkan seperti itu.

Sama halnya dengan kausalitas, jika suatu gejala tertentu selalu disusul oleh gejala lain, maka dengan sendirinya kita cenderung kepada pikiran bahwa gejala yang terakhir disebabkan oleh gejala yang pertama. Tetapi kesimpulan ini tidak berdasarkan pengalaman dan berdasarkan kepercayaan .pengalaman hanya memberikan urutan gejala-gejala dan tidak memperlihatkan sebab-akibat. Hume menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat tidak mampu mencapai kepastian dan tidak pernah melebihi taraf prohabilitas. Pendirian Hume ini dapat dinamakan “skeptisime”. Hume lahir pada tahun 1711. Sementara Revolusi Industri terjadi pada 1688. Selang berapa waktu terjadi penyatuan Skotlandia dan Inggris dalam Britania Raya pada 1706 dalam Union Act. Dalam konteks masyarakat industrial awal inilah Hume hidup. Pemikirannya tentang industri secara obyektif mempengaruhi ide-idenya tentang induksi sebagai sebuah cara berfikir. Ia mengenal Newton yang meninggal pada 1726.

  1. Dampak Pemikiran David Hume

Sebagai seorang ahli ekonomi Hume menyumbang teori uang dan teori perdagangan nasional. Ia menganalisa dampak uang terhadap tingkat suku bunga, kegiatan ekonomi dan harga. Ia juga menjelaskan bagaimana dan mengapa negara-negara tidak mungkin mengalami ketidak seimbangan perdagangan dalam jangka waktu yang lama. Terakhir, Hume, mengemukakan pertanyaan penting: “Apa yang terjadi ketika negara-negara kaya berdagang dengan negara-negara miskin?” Jawabannya adalah bahwa perdagangan internasional akan menguntungkan kedua negara tersebut. Bagi Hume, seorang pedagang layak dihargai karena ia cermat. Pengusaha cenderung menyimpan pendapatan mereka dan mengumpulkan modal. Semakin banyak modal atau kapital akan menurunkan tingkat suku bunga dan mendorong pengusaha lain untuk meminjam dan kemudian mengembangkan kegiatan mereka sehingga meningkatkan persaingan dan menurunkan tingkat keuntungan. Berlawanan dengan pedagang, tuan tanah yang kaya biasanya meminjam uang untuk mengkonsumsi lebih banyak barang. Karena itu mereka mengurangi persediaan modal produktif dan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman.

Analisa ini tidak hanya menjelaskan fungsi dari pedagang atau pengusaha. Analisa ini juga menghasilkan teori bunga, yang kini dinamakan “Teori dana yang dapat dipinjamkan” (Loanable Funds Theory). Menurut Hume, tingkat bunga ditentukan oleh suplai tabungan dan permintaan tabungan. Hume juga menganalisa efek ekonomis dari perubahan didalam persediaan uang. Efek uang jangka pendek adalah konsekuensi dari fakta bahwa harga tidak akan langsung berubah. Kemudian Hume menganalisa dampak dari uang tambahan terhadap perdagangan internasional. Hume menggunakan analisa ini untuk mengembangkan mekanisme aliran uang yang menjelaskan bagaimana kekuatan ekonomi secara otomatis menuju ke posisi keseimbangan perdagangan untuk semua negara. Terakhir, Hume kemudian meneliti permasalahan tentang apa yang terjadi ketika negara-negara miskin dan kaya saling berdagang. Bagi Hume, perdagangan membantu negara miskin tetapi tidak membahayakan negara yang lebih kaya. Perdagangan membantu negara-negara miskin mampu tumbuh dan berkembang, standar hidup mereka akan sama dengan tetangganya yang lebih kaya dan sama dengan mitra dagang mereka.

Berawal dari persoalan yang diangkat oleh merkantilis dan isu-isu ekonomi waktu itu, Hume mulai mengembangkan analisis ekonomi dengan menunjukkan dampak dari uang dan perdagangan terhadap satu sama lain dan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi tempatnya di dalam sejarah ilmu ekonomi disebabkan lebih dari sekedar usaha yang dilakukannya dalam analisis ekonomi. Hume adalah tokoh transisional penting antara merkantilis dan ekonom Inggris klasik yang akan mengikuti jejak-jejak Hume. Sehingga memang dari pemikiran Hume-lah awal mulanya konsep perdagangan internasional dikembangkan, yang menjadikan dia sebagai ekonom yang disegani oleh ahli-ahli ekonomi seluruh dunia. Sehingga, hasil pemikirannya itu sampai sekarang banyak di ikuti oleh seluruh negara di dunia.[10]

  1. Karya-karyanya
  2. A Treatise of Human Nature (1739-1740)
  3. An Enquiry concerning Human Understanding (1748, 1777)
  4. An Enquiry concerning the Principles of Morals (1751, 1777)
  5. Political Discourses (1752, 1777)
  6. Four Dissertations (1757, 1777)
  7. Essays and Treatises on Several Subjects(1758, 1777)
  8. Essays and Treatises on Several Subjects, vol. 1 (1777)
  9. Essays and Treatises on Several Subjects, vol. 2 (1777)
  10. My Own Life (1777)
  11. Of Suicide & Of the Immortality of the Soul (1777, 1755)
  12. Dialogues concerning Natural Religion (1778)
  13. The Natural History of Religion (1757)
  14. History of England (1754-1762)[11]
  15. Tinjauan Kritis Dan Alasan Memilih Tokoh David Hume
  • Tinjauan Kritis Pemikiran David Hume

Sebenarnya perlu ditekankan bahwa kebenaran satu-satunya yang dianggap benar menurut Hume adalah dunia material, dunia indrawi yang terbingkai dalam ruang dan waktu. Ketika manusia hendak memahami realitas yang jumlahnya banyak dan bermacam-macam maka lahirlah istilah yang mengacu kepada materialistic seperti pengalaman, persepsi, kesan, ide yang sering dipakai oleh Hume.

Dalam kajian tentang pemikiran filosofis Hume ini fokus pembahasan diarahkan pada wilayah metafisika dan tidak menutup kemungkinan juga memikirkan segi-segi logika dan epistimologis yang secara khusus relevan bagi ontology yaitu berkaitan dengan problem-problem yang menjadi tema sentralnya seperti persepsi kesan dan ide, konsep, hubungan diantara ide-ide dan masalah kenyataan, kausalitas dan kepercayaan, induksi, substansi dan masalah diri.

Sebagai seorang empiris radikal, Hume tidak menerima adanya substansi sebab yang dialami itu hanyalah kesan-kesan tentang ciri yang selalu terdapat bersama-sama.Dan atas dasar pengalaman, hal itu tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada substansi tetap. Pengalaman hanya akan memberikan kausalitas khusus bukan suatu substratum yang unik. Hasil persepsi mengenai suatu kausalitas individual pada saat yang sama tidak dapat memberikan pemahaman terhadap objek eksternal.

  • Alasan Memilih Tokoh David Hume

Walaupun david hume adalah salah satu filsuf yang tidak mengenal tuhan tetapi alasan saya memilih tokoh David Hume, karena Hume adalah puncak aliran empirisme. Teorinya yang menyatakan bahwa rasio sebagai sumber pengetahuan, baik pengalaman intern maupun ekstern. Teori tersebut telah meruntuhkan teori rasionalisme yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah melalui rasio atau akal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Poedjawijatna. 1997. Pembimbing ke Arah Filsafat. Cetakan ke10. Jakarta: Rinneke Cipta.

Arif Rahman, Masykur. 2013. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Cetakan pertama. Jogjakarta: IRCiSoD.

Russell,Betrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Copra). Cetakan 11. Bandung: Rosda Karya.

https://afidburhanuddin.wordpress.com (Diakses pada 6 Desember 2014 5:43)

http://www.blupete.com (Diakses pada 6 Desember 2014. 5:52)

http://www.sparknotes.com/philosophy/hume (Diakses pada 6 Desember 2014, 6:04)

http://www.davidhume.org/bibliographies/ehusurvey.html (Diakses pd 6 Desember 2014, 6:37)

 

 

Kritik dan Saran Pembelajaran Filsafat

  • Kritik

Dalam pembelajaran filsafat terkadang terjadi miss komunikasi antara dosen dan mahasiswa. Ini terjadi karena kebanyakan kata-kata dalam filsafat berasal dari bahasa asing, sehingga kita perlu mencari tahu lebih dalam lagi untuk dapat mengerti dengan maksudnya. Selain itu mungkin Filsafat bagi kebanyakan mahasiswa adalah hal yang baru, sehingga mahasiswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan baru paham setelah dosen menjelaskan materi pembahasannya.

  • Saran

Untuk menghindari miss komunikasi antara mahasiswa dan dosen , mungkin materi yang disampaikan bisa disampaikan dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Dan karena sebagian besar bagi mahasiswa adalah hal yang baru, maka dosen bisa lebih menerangkan dengan intens lagi sebelum pembuatan makalah. Agar saat penyusunan makalah dan saat presentasi mahasiswa dapat benar-benar paham dengan materi yang didapat dan yang harus di presentasikan.

 

[1] Borjuasi adl golongan masyarakat yg penghasilannya melebihi penghasilan rata-rata rakyat biasa; golongan menengah ke atas. (lihat http://kbbi.web.id/borjuasi, pada 10 Desember 2014, 6:59)

[2] peripatetik muncul sebagai sebutan bagi pengikut Aristoteles. (lihat http://jamiludin.wordpress.com/2012/04/20, pada 10 Desember 2014, 7:13)

[3] https://afidburhanuddin.wordpress.com (Diakses pada 6 Desember 2014 5:43)

[4] Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. (lihat http://id.wikipedia.org pada 10 Desember 2014, 7:17)

[5] Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. (lihat http://id.wikipedia.org pada 10 Desember 2014, 7:20)

[6]t eologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. (lihat http://id.wikipedia.org pada 10 Desember 2014, 7:22)

[7]http://www.blupete.com (Diakses pada 6 Desember 2014. 5:52)

[8] Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan). . (lihat http://id.wikipedia.org pada 11 Desember 2014, 9:32)

[9] Agnostisisme adalah suatu pandangan filsafat bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. (lihat http://id.wikipedia.org pada 11 Desember 2014, 9:35)

[10] http://www.sparknotes.com/philosophy/hume (Diakses pada 6 Desember 2014, 6:04)

[11] http://www.davidhume.org/bibliographies/ehusurvey.html (Diakses pd 6 Desember 2014, 6:37)